Rabu, 20 Maret 2013

kesederhanaan

Suami mengajarkan saya sebuah "kesederhanaan"

Sebenarnya tidak sesederhana itu memaknai "kesederhanaan".
Untuk memahaminya perlu jiwa jiwa yang lapang, hati yang tunduk bahkan egoisme di tahklukan
beraaat sebenarnya untuk memaknai hidup secara "sederhana " itu.

Tapi bagi saya suatu hal yang langka... bahkan tidak semua orang terpikir untuk menyenangi "kesederhanaan".
Memaknai hidup lebih dalam, mendekatkan diri pada Sang Rabbi

melahirkan jiwa jiwa yang tunduk sekalipun dalam keterpaksaan, jika itu perintah Rabb
apalagi yang dapat kita tolak?

saya butuh pemimpin seperti itu,
dalam kebengkokan jiwa istri, lalu siapakah yang dapat meluruskannya jika bukan seorang suami??
akankah hidup sebatas di bumi saja??
adakah kami akan di bangkitkan lagi, lalu ada bumi yang baru??

Suami mengajarkan cara "mata " memandang...
jauuuuuhhhh, sebelum orang yang kebanyakan tak memaknainya.
maka aku sangat senang, ketika orang yang pertama mengingakan adalah orang yang terdekat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar