Minggu, 31 Maret 2013

jika kau belajar...
pastinya kau kan pintar
semakin pintar.. semakin kau tak merasa pintar

ada rasa ingin tau
ingin melakukan, ingin rasakan dan ingin liat hasilnya..
ehhmm menyenangkan
isi dunia ini punya misteri.

termasuk jiwa mu sendiri
punya segudang misteri, yang harus kau pahami..
kadang jika kau tak pandai pandai memilah 'bisikan bisikan hati"
maka jiwa terasa rumit
tapi jika kau terus belajar, makin terasa sederhana...

yang tak pantas kau perjuangan, karena hasilnya tak  berguna, kau tinggalkan saja!!
yang hasilnya luar biasa hebatnya, maka perjuangan sekuat daya, sekalipun harus pakai darah!!

Akankah Aku Cemburu Dengan Bidadari?



Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Perasaan cemburu merupakan bagian dari tabiat manusia. Tidak hanya terjadi pada wanita, namun juga terjadi pada lelaki. Sebagai janji Allah bagi penduduk surga, Allah akan memberikan beberapa istri kepadanya di surga. Tentu anda bisa membayangkan, bagaimana dengan perasaan wanita. Betapa sedihnya ketika sang suami tercinta, yang saat ini mendampingi hidupnya tanpa ada pesaing lainnya, suatu saat nanti akan diperebutkan dengan oleh banyak wanita.
Namun satu catatan yang perlu anda pahami, perasaan di atas adalah bayangan kita yang belum pernah mengintip indahnya surga. Dan tentu saja, yang namanya bayangan, belum pasti benarnya. Lebih-lebih, bayangan untuk sebuah suasana baru, yang sama sekali belum pernah terbesit dalam perasaan manusia. Surga nan penuh kenikmatan.
Bayangan Tentang Surga, Pasti Meleset
Sehebat apapun bayangan anda tentang surga, realita yang ada di surga pasti akan berbeda dengan apa yang anda bayangkan. Anda yang saat ini mungkin sempat membayangkan, betapa sedih dan cemburunya anda, ketika suami diperebutkan oleh bidadari indah nan jelita, yang semuanya menjadi pesaing anda. Namun pastikan, bahwa bayangan anda ini tidak akan sesuai dengan relita di surga. Karena bayangan apapun tentang surga, belum mewakili apa yang sejatinya terjadi di surga.
Hal ini telah ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadis Qudsi, bahwa Allah ta’ala berfirman,
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
“Aku telah menyiapkan untuk hamba-hamba-Ku yang sholeh, surga yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah ada telinga yang mendengarkannya, dan belum pernah terbesit dalam hati manusia.”
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah di surat As-Sajdah ayat 17,
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Tidak ada jiwa yang mengetahui surga yang Aku rahasiakan untuk mereka, sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka lakukan.” (HR. Bukhari 3244, Muslim 2824, Turmudzi 3197, dan yang lainnya).
Untuk itu, anda tidak perlu khawatir bawaan perasaan semacam ini hanya ada di dunia dan akan pupus setelah kita meninggalkan negeri fana ini. Bayangan kesedihan, cemburu, permusuhan, yang muncul di jiwa manusia, tidak akan berulang ketika mereka masuk surga.
Mereka Telah Dibersihkan Sebelum Masuk Surga
Diantara nikmat Allah yang diberikan kepada penduduk surga, Allah bersihkan mereka dari setiap kotoran hati ketika di dunia. Dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَخْلُصُ المُؤْمِنُونَ مِنَ النَّارِ، فَيُحْبَسُونَ عَلَى قَنْطَرَةٍ بَيْنَ الجَنَّةِ وَالنَّارِ، فَيُقَصُّ لِبَعْضِهِمْ مِنْ بَعْضٍ مَظَالِمُ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا، حَتَّى إِذَا هُذِّبُوا وَنُقُّوا أُذِنَ لَهُمْ فِي دُخُولِ الجَنَّةِ
“Orang-orang mukmin akan dibebaskan dari neraka, kemudian mereka berhenti dikumpulkan di qantharah, tempat antara surga dan neraka. Kemudian ditegakkanlah qishash diantara mereka akibat kezaliman yang terjadi di antara mereka di dunia. Setelah dibersihkan dan disucikan, barulah mereka diizinkan masuk surga…” (HR. Ahmad 11095 dan Bukhari 6535).
Setelah dibersihkan, mereka masuk surga dengan hati tanpa beban, hati yang bersih. Sirna sudah segala penyakit benci, dengki, hasad, sedih, bingung, yang dulu mereka alami di dunia. Dinukil dari Ibn Abbas dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhum, bahwa mereka menjelaskan,
أن أهل الجنة عندما يدخلون الجنة يشربون من عين فيذهب الله ما في قلوبهم من غل، ويشربون من عين أخرى فتشرق ألوانهم وتصفو وجوههم
Bahwa penduduk surga ketika hendak masuk surga, mereka minum mata air, kemudian Allah hilangkan segala penyakit kebencian dalam hati mereka.Kemudian mereka minum mata air yang lain, lalu kulit mereka bercahaya dan wajahnya bersinar cerah. (At-Tadzkirah, Qurthubi, hlm. 499)
Tidak Ada Permusuhan dan Cemburu
Meskipun suami anda memliki 70 bidadari, anda tidak akan diliputi rasa sedih dan cemburu. Semua itu telah Allah hilangkan. Yang anda alami dan dialami oleh semua penduduk surga, mereka akan merasa menjadi makhluk paling bahagia.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَلِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمْ زَوْجَتَانِ، يُرَى مُخُّ سُوقِهِمَا مِنْ وَرَاءِ اللَّحْمِ مِنَ الحُسْنِ، لاَ اخْتِلاَفَ بَيْنَهُمْ وَلاَ تَبَاغُضَ، قُلُوبُهُمْ قَلْبٌ وَاحِدٌ، يُسَبِّحُونَ اللَّهَ بُكْرَةً وَعَشِيًّا
“…masing-masing mereka memiliki dua istri. Sumsum tulang betisnya kelihatan dibalik daging, karena saking indahnya. Tidak ada perselisihan dan permusuhan diantara mereka. Mereka sehati, senantiasa bertasbih mensucikan Allah, pagi dan sore.” (HR. Bukhari 3245, Muslim 2843, dan yang lainnya).
Ini semua sebagaimana yang Allah tegaskan melalui ayat-Nya,
وَنَزَعْنَا مَا فِي صُدُورِهِمْ مِنْ غِلٍّ إِخْوَانًا عَلَى سُرُرٍ مُتَقَابِلِينَ
”Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (QS. Al-Hijr: 47).
Allahu a’lam
***
Muslimah.Or.Id
Penulis: Ustadz Ammi Nur Baits

Jumat, 29 Maret 2013

Cinta selalu punya alasan
dan alasan untuk mencintai mu
adalah keberanian dan akhlak baik mu


Rabu, 27 Maret 2013

Berbeda sekali..saat saya bertemu teman teman akhwat di kajian, dengan teman teman facebook yang eksis menjadi wanita karier,
berfoto foto bersama teman teman, se akan memberi kabar update terbaru aktifitas mereka.lalu mereka up load agar semua orang tau..

ehmm.. mungkin terkesan "agak menyendiri"..itu sepertinya bawaan saya sejak lahir.
walaupun saya bekerja sebagai General Officer merangkup Guest Relation Officer plus marketing di sebuah hotel syariah berbintang 3,tetap saya harus tetap sadar "fitrah wanita" saya.
Jadi ketika melihat teman teman sebaya saya berkumpul untuk happy2... saya berusaha memandang ke arah lain, pertemuan saya dengan teman sebaya saya seharusnya membawa dampak kebaikan untuk kualitas diri saya...

menghambur hamburkan uang sesaat, sekedar eksistensi.. saya harus berani bilang Tidak!!
karena ada tujuan yang lebih hakiki.. ketika setiap waktu hidup yang Rabb telah berikan jadikan semuanya bermakna.
Cukup sudah Masa Main Mainnya...
30 tahun mencari pengenalan diri... maka langkah selanjutnya adalah beranikan diri menjadi "berjati"

Karakter itu perlu, Idealisme itu harus!!
maka belajar hidup hakiki di tengah tengah keramaian eksitensi feminisme.. terasa berat
tapi itulah satu satunya jalan terbaik dalam hidup
menjadi wanita yang Rabb kami perintahkan...itu satu satunya jalan

Buat kawan semua yang mempunyai dilema yang sama
keep on learning!! tetap belajar..berusaha terbaik menurut Rabb mu
Keep on Istiqomah

You"r Beautiful Woman in the world and heaven

i love u

aku sayang suami ku..
ia telah merawat ku
baik jiwa maupun ragaku...

cinta bertumbuh..
dari sekecil biji.. hingga menjadi tanaman
kamipun berusaha merawat dan memupuknya hingga menjadi pohon yang besar dan kuat
makin tinggi ke atas... kami yakin akan datang angin besar menghadang ... sebab itu sudah sunatullah
tapi kami yakin... jika penolong kami adalah Rabb kami..
maka yang besar pun akan terlihat kecil, bila kami memohon pertolongan kepada Yang Maha Besar..

maka izikan aku berbagi harapan...
semoga kami semua di beri kekuatan dalam cinta dan kasih sayang karena Rabb kami..

 i love u....my husband

Kiat Praktis Menjaga Perkawinan


Berikut beberapa kiat praktis yang sangat mudah diterapkan bersama (pasangan suami-istri) dalam bahtera rumah tangga.
  • Cinta dan kasih sayang: memberi bukan menuntut.
Cinta dan kasih sayang identik dengan dorongan untuk selalu memberi, bukan menuntut. Karena pada prinsipnya, mencintai seseorang adalah menempatkan kebutuhan dan kepentingan kita setelah kebutuhan dan kepentingan orang yang kita cintai.
  •  Quality time
Dalam perkawinan, hendaknya diperhatikan kualitas waktu yang dihabiskan bersama, bukan hanya kuantitasnya. Dan, salah satu kiat untuk meningkatkan kualitas tersebut dengan melakukan aktivitas yang melibatkan seluruh anggota keluarga.
*        Bersabar terhadap kekurangan pasangan
Setiap suami-istri hendaknya saling bersabar terhadap kelebihan dan terlebih dengan kekurangan pasangannya. Tingkat kesabaran yang tinggi dibutuhkan dalam mengarungi kehidupan perkawinan.
  •  Tidak membandingkan pasangan dengan orang lain.  
Salah satu kelemahan manusia adalah cenderung membandingkan apa yang ridak dimilikinya sehingga yang selalu tampak kemudian adalah kelebihan milik orang dan kekurangan milik kita. Hal ini juga bisa terjadi dalam kehidupan perkawinan. Kita sering membandingkan suami atau istri kita dengan orang lain, baik karakter, sifat, maupun fisiknya. Jauhilah sikap demikian karena akan menggerogoti bangunan keluarga Anda yang secara perlahan-lahan menuju kehancurannya.
  •  Memusatkan perhatian pada kebaikan pasangan, seraya menerima kekurangannya.
Memusatkan diri pada kebaikan pasangan akan membuat kita selalu bersyukur dan merasa sebagai orang beruntung.
  •  Menghormati dan menghargai pasangan.
Penghormatan dan penghargaan seorang suami terhadap istri (atau sebaliknya) tak lain merupakan cerminan penghormatan dan penghargaan terhadap dirinya sendiri.
  •  Hindarkan sejauh mungkin “bermain mata” dengan orang lain.
Seorang suami harus mengosongkan hatinya dan kecintaan selain kepada istrinya. Demikian pula istri tidak boleh “memangdang” siapa pun kecuali suaminya. Di samping sesuai dengan ajaran Islam, l ini merupakan penyangga kukuh bangunan perkawinan dan keluarga.
*        Saling menasihati.
Saling menasihati dan saling mendukung antara suami istri menjadi sangat penting. Masing-masing hendaknya saling mengingatkan ketika yang lain menunjukkan sikp atau melakukan tindakan yang tidak baik.
  •  Keep an open mind
Seorang suami atau istri berhak memberikan argumentasi atas pendapat yang dikemukakannya. Akan tetapi, semua itu harus tetap disandarkan pada keterbukaan pikiran dan menempatkan ketentraman hubungan keluarga sabagai prioritas utama.
  •  Menahan marah, memaafkan, dan mengucapkan terima kasih.
Sangatlah penting jika setiap suami istri selalu mengendalikan amarah dan menyalurkan amarah lebih terkendali dengan mendiskusikan masalah hingga diperoleh penyelesaiannya. Yang lebih penting, setiap suami istri siap dengan permohonan maaf karena dengan kesediaan meminta maaf, pasangan suami istri terhindar dari menguras energi ketika berada dalam pertengkaran dan ketegangan, yang juga akan melapangkan dada. Selain itu, pasangan suami-istri perlu pula membiasakan diri mengucapkan terima kasih sebagai bentuk penghargaan paling sederhana antarpasangan.
  • Menjaga kebugaran dan penampilan setiap saat.
Karena perkawinan melibatkan dua orang, demi memastikan tiadanya kemacetan dalam beraktivitas, setidaknya salah satu pasangan, dalam satu waktu tertentu, tetap bisa menjaga tubuhnya agar tetap fit.
  • Kesibukan pasangan suami-istri bekerja.
Pasangan suami-istri bekerja harus selalu saling memahami kesulitan dan keterbatasan masing-masing akibat pekerjaan yang mereka geluti dan menjadi rutinitas sehari-hari.

*Munif Chatif adalah penulis buku-buku pendidikan: Gurunya Manusia, Orangtuanya Manusia, dll
(esqiel/muslimahzone.com)

Selasa, 26 Maret 2013

benar kata Ustadz Muhammad Faudzil Adhim

Dalam perjanjian itu (akad nikah)
ada hati yan menerima, jiwayang rela dan sikap yang menetramkan dan kesediaan untuk berjuang bersama.
memperjuangkan apa apa yang sudah menjadi amanah kita baik sebagai suami maupun istri.

Sungguh perjanjia itu berat kawan...
sejauhh mungkin sebelum mengenalnya sediakan hati yang lapang untuk memaafkan
bahkan kitapun diamanahkan agar selalu merevisi niat agar selalu lurus.

Bisa dibayangkan... jika selama seumur hidup bersama dengan orang yang sama
pastinya akan timbul kejenuhan, bahkan suatu saat kita merasakan ketidak sukaan
tapi "amanah" itulah yang memberikan cambukan peringatan atas setiap kelalaian dalam prosesnya.

Soo... bayangkan saja pernikahan adalah suatu sekolah "perbaikan kualitas diri"
jadikan amanah tersebut jadi ladang pahala... yang selalu kita doktrin ke diri sendiri adalah ibadah
berharap kelak.. mendapat nilai yang baik di mata Rabb kita
jika tidak demikian, maka pernikahan rasanya biasa biasa saja... tak ada tujuan

cemburu pada bidadari

Yang seharusnya ... kami cemburui adalah dia 
Dia yang baik akhlaknya, yang di ciptakan cantik, belia umurnya, yang bermata jeli lagi penyayang.
seharusnya kami wanita di dunia... jadi pemenangnya
kami yang telah berusaha berlelah di dunia ini...

Maka ya Rabb, tutup lisan kami dari berkata yang tak baik pada suami kami
Maka ya Rabb, berilah kami akhlak yang baik  dan jauhkan kami dari akhlak yang buruk
Maka Ya Rabb , lapangkan hati kami atas kekurangan , kekhilafan suami atas diri kami
begitupun dirinya , semoga ia pun menjadi pemaaf atas kekhilafan dan kebengkokan kami.

Ya Rabb.. yang menggenggam semua perasaan..
cenderungkan hati diantara kami untuk saling menyayangi, memaafkan dan mencintai karena mu Ya Rabb.

Jumat, 22 Maret 2013

Bismillah..

Ini sebenarnya catatan pribadi saya, tapi saya pikir ini baik untuk di bagi.
Bagi para istri yang sering curhat mengenai betapa seringnya suami tak pernah mengerti, saya pikir ada kesalahan yang juga dibuat istri sehingga menjadi pemicu "masalah"

Dari hal yang terkecil saja...
begini ceritanya
Tadi malam tanggal 22 Maret pukul 20.00 hari Jumat, saya cukup lelah mengurusi anak saya Rafli Fauzan sakit selama kurang lebih seminggu, dan Alhamdulliah sekarang sudah sembuh.
Suami sempat malam itu saya"cuekin" karena cucian pakaian yang numpuk dan rumah berantakan.
Setelah dari sholat Magrib , (suami sering shalat jamaah alhamdulliah suami saya rajin sholat jamaah)
saya tak menyambutnya, malah asik dengan cucian di kamar mandi,.
Setelah nyuci bergegas saya mandi.... ehhh anak saya yang bungsu minta di buatkan susu, disuapin makan.. sampai minta di kelonin.. alhasil, saya pun tertidur bersama si bungsu.Sempat saya melihat suami hendak kem mesjid tuk sholat isya, itupun sebentar.

Pukul 22 .00 saya terbangun karena si bungsu minta di buatkan susu lagi.. barulah saya bangun.
dan ternyata saya baru sadar suami keluar kamar hanya diam saja melihat saya yang baru terbangun bersama si  bungsu.
ehh... setelah itu saya masuk kamar, dan ternyata saya di "dinginkan"padahal saya berusaha memakai pakaian yang di senangi suami, ternyata sentuhannya terasa hambar...lalu saya pun ikut malas bersentuhan, akhiranya kami lalui malam itu dengan tidur saja,.

Subuhnya setelah sholat, Suami baru pulang dari masjid, air mukanya datar...
lalu saya tanya"Abi kenapa kok.. dingin?"
suami berusaha menyembunyikan, tapi saya tau dia marah dalm tenang kepada saya
dan ternyata.. setelah kita berkomunikasi cukup lama
sampai akhirnya di parkiran kantor saja , dia katakan begini
'amih dah mandi, dah wangi dah pakaian yang abi senangi karena kelamaan abi di cuekin
SELERA ABI hilanggg sudahhh...

Ohhhhh begitu penyebabnya??? ehhh sekecil itu ternyata jadi masalah
uhhhhh... kita jalan jalan aja ya Bi? ke kampung China agar besok kita tersenyum lagi
heheheh.. amih ngerayu abi lagi

Love u... my husband


Rabu, 20 Maret 2013

kesederhanaan

Suami mengajarkan saya sebuah "kesederhanaan"

Sebenarnya tidak sesederhana itu memaknai "kesederhanaan".
Untuk memahaminya perlu jiwa jiwa yang lapang, hati yang tunduk bahkan egoisme di tahklukan
beraaat sebenarnya untuk memaknai hidup secara "sederhana " itu.

Tapi bagi saya suatu hal yang langka... bahkan tidak semua orang terpikir untuk menyenangi "kesederhanaan".
Memaknai hidup lebih dalam, mendekatkan diri pada Sang Rabbi

melahirkan jiwa jiwa yang tunduk sekalipun dalam keterpaksaan, jika itu perintah Rabb
apalagi yang dapat kita tolak?

saya butuh pemimpin seperti itu,
dalam kebengkokan jiwa istri, lalu siapakah yang dapat meluruskannya jika bukan seorang suami??
akankah hidup sebatas di bumi saja??
adakah kami akan di bangkitkan lagi, lalu ada bumi yang baru??

Suami mengajarkan cara "mata " memandang...
jauuuuuhhhh, sebelum orang yang kebanyakan tak memaknainya.
maka aku sangat senang, ketika orang yang pertama mengingakan adalah orang yang terdekat.

Selasa, 19 Maret 2013

Kembali

tersungkur jiwa
rasa tak memiliki raga
awal dari Sang Pencipta
kembali kepada Sang Pencipta.

sebentar saja kami disini
bergulat di bumi
segala penat, kesusahan
kebahagian, kesenangan bercampur aduk
silih berganti...

mana yang ku cinta dulu??
akan kah ia mengikuti??
mati bersama diri..

mana?? dulu yang ku genggam ??
akankah bersama  terbenam??

langkah langkah mereka
satu satu persatu pergi
meninggalkan ku sendiri...

tinggal lah aku 
di dunia baru yang tidak ku ketahui

Wahai Rabb Pencipta Bumi...
aku kembali....

ampunilah  dosa- dosa ku
maafkan segala kesalahan ku.




Senin, 18 Maret 2013

cantik mu hanya untuk suami mu

Mungkin saja pengalaman mendewasakan kita
perjalanan sepanjang usia memberikan pelajaran berharga,

berkelut di dunia pernikahan, mengurusi hari terindah seumur hidup mereka, menggetar sisi bathin saya sehingga timbul di sisi relung hati paling dalam " semua yang menikah seharusnya bahagia"
di awali cinta, di ikrarkan dalam doa dan Ridho Tuhan kami.. segudang harapan dan impian tuk hidup bahagia bersama dengan orang yang kita cintai... rasanya miris jika harus berpisah dengan alasan klise, sebaiknya kita cari solusi bersama untuk kebahagian bersama... sebab memulai dengan orang yang baru pula bukan berarti kita tidak menyesuaikan lagi, karena perbedaan selalu ada dan pasti ada.

Maka untuk semua wanita... pikirkan lagi alasan jika mereka ingin berpisah,sudah syariatkah keinginan anda?? Jangan sampai setan tertawa  misi terbesarnya 'adalah memisahkan istri dari suaminya atau sebaliknya" di buat yang haram seperti indah, layaknya selingkuh TTM, HTS... aggghhh kita di bodohi dengan bisikan setan... maka sebaiknya cek lagi barometer kebahagian bersama suami, revisi masa indah indah anda.. belajar kekurangan kita... jadikan Sebaik baiknya pemberi balasan adalah Allah.

kita tak perlu hitung hitungan  kebaikan dalam pernikahan..
siapa yang paling baik akhlaknya, maka ia lah pemenangnya
dan jangan beri pintu peluang masuknya pria idaman, selain suami anda...

anda jangan berbangga, dengan kecantikan yang kita miliki semua pria menggoda.
ahhh semua laki laki seperti itu, memberi peluang sedikit saja..sama saja menjatuhkan "nilai diri anda"
dan menjatuhkan martabat suami anda..
Cantiknya anda... hanya untuk  suami anda
yang telah membeli anda dengan harga yang halal

Jurus Jitu Atasi Krisis Dalam Pernikahan


Sebagian besar pasangan yang telah menikah, pastinya akan atau pernah mengalami konflik dalam pernikahannya. Namun, konflik tak harus selalu diselesaikan dengan perceraian, bukan? Menurut David Wilchfort, terapis perkawinan asal Munich, Jerman, menekankan agar pasangan menikah tidak tergesa-gesa memutuskan untuk mengakhiri hubungan.
“Sebuah kesempatan kedua bisa menjadi pilihan, dan sukses dilalui banyak pasangan suami-istri dalam krisis,” jelasnya. Syaratnya, masing-masing pasangan harus melangkah bersama dengan pandangan yang tepat, terutama terhadap upaya membangun kembali rumah tangganya yang sempat berserakan.
Komunikasi merupakan modal utama dalam mempertahankan hubungan, khususnya bagi pasangan menikah. Menurut studi yang pernah dilakukan David, pasangan suami-istri bahkan dapat mengatasi masalah saat masih dalam proses saling belajar berkomunikasi dan mengkomunikasikan diri.
Untuk memperbaiki komunikasi bagi pasangan yang sedang mengalami krisis dalam pernikahannya, berikut ini ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan, seperti yang dilansir dari She Knows.

Saling mendengar dan mengerti keinginan
Dalam komunikasi yang baik, sangat penting untuk saling mendengarkan dan mengerti keinginan lawan bicara. Bukan sekadar mendengar, namun fokus pada makna pembicaraan. Semakin Anda bisa saling mendengarkan, semakin baik pula komunikasi yang terbina.
Ungkapkan apa yang Anda pikirkan
Jika Anda tidak bisa mengungkapkan perasaan dengan jujur pada pasangan, maka komunikasi yang efektif, memecahkan masalah, dan kedekatan hubungan, akan sulit terjadi. Memang tidak mudah untuk terbuka dan jujur mengenai perasaan, namun kejujuran akan membantu Anda dan suami memiliki waktu berbicara yang lebih berkualitas. Selain itu, mengungkapkan apa yang Anda pikirkan bisa membuat hubungan makin dekat dan lebih saling mengenal.

Bangun quality time bersama pasangan
Padatnya jadwal sehari-hari dapat membuat intensitas komunikasi pasangan makin berkurang. Untuk itu, cobalah Anda menyisakan sekitar 15-20 menit tiap harinya, untuk benar-benar melakukan diskusi, baik itu membahas tujuan masa depan, masalah pribadi, atau mendebatkan sesuatu. Menjadwalkan waktu yang berkualitas dengan pasangan adalah langkah penting untuk membuat komunikasi agar tetap hidup.
Mulai dengan pertanyaan terbuka
Ketika Anda telah lama menikah, membuka topik percakapan yang menarik menjadi hal yang tidak mudah. Dibandingkan menanyakan sesuatu yang jawabannya hanya 'ya' atau 'tidak', lebih baik mulailah dengan pertanyaan terbuka, seperti memperdebatkan berita terbaru, atau merencanakan liburan. Topik apapun yang memicu rasa ingin tahu dan membuat percakapan terus mengalir.
Yang perlu diingat, Anda berdua harus membangun kembali hubungan akibat keretakan yang sempat terjadi. Modal utamanya adalah kompromi. Dengan sikap saling membuka diri untuk berkompromi, maka beberapa kesepakatan baru dapat dibuat, dan perubahan akan terjadi. Yakinlah!
(triq@oktomagazine.com)

Minggu, 17 Maret 2013

hati hati dengan tulisan mu...

Memang semua orang berhak menulis apa saja, selama tak menyangkut perpecahan permusuhan SARA penghinaan atas nama seseorang atau instisusi, sah sah saja

Pernah.. saya membaca 1  kumpulan catatan harian istri...hampir semua isinya tersedu seduh..
Uhhhftt..saya sendiri membaca ngeri... semua isinya hampir isak tangis
Hallloooo... Wanita harus melek mata, siapa yang kita tangisi????
seorang suami yang menjadi bahan tangisan kita????
Ahhhh... coba sabar sebentar, biasakan selalu tegar,
Dia manusia rentan berbuat salah.. ya sedari jauh mungkin sebelum mengenalnya lebih dalam..siapkan hati tuk memaafkan (karena Rabb mu ya?)
Ihhh mereka langsung menjugde saya, saya tidak berperasaan!
Jujur saya jarang menangis, jika sesuatu itu tak layak di tangisi!
yang kau tangisi adalah saat.. cinta mu kepada Rabb mu berkurang
maka semua yang ada di bumi juga akan berkurang cintanya kepada mu termasuk suami anda bukan???

Dan tersenyum dong ahhh...
kesabaran mu, doa mu dan perjuangan mu tuk tetap berlaku baik kepada suami mu
maka... hadiah terindah.. selain tempat terindah (syurga) dan pastinya kelak kau menjadi wanita terindah di hatinya...(suami)
Ahhhhh mauuuuu... mau kan??

Kamis, 14 Maret 2013

Cinta itu indah karena di landasi Syariat

biar cantik, walaupun tampan
tiada yang menjamin cinta bisa selamanya...

Bisa saja, cantik itu bisa jadi musibah..
kala cantik tak di bekali adab

Jangan merasa cantik
jika akhlak saja tak di tata
Pria mudah melepaskan , jika si cantik telah "noda"

Ingin cantik dan selalu cantik
ya.. seperti menggenggam bara
Ikuti aturan Syariat secara benar dan pelan pelan

Tutup aurat mu sedikit demi sedikit
barengi dengan ilmu akidah, tambahkan belajar adab, fiqih dan ilmu lainnya yang sesuai Sunnah
yang teladan dunia sejagat raya, Rasulluloh lakukan
pelan pelan saja..yang terpenting belajar terus menerus.

Heyy jangan menyerah!!
ingin cantik ya usaha kawan
perbaiki hati selama hayat
pertambah ilmu selama hidup!!

Lihat ... nanti
jika mata mu memandang semua adalah indah
baik suka maupun duka
jika hati mu merasa lapang
baik himpit maupun luas
maka hati mu yang cantik
akan memantulkan wajah mu yang manis....
TRINGGGG!!! lalu kau jadi Cantik Dehhhh


P * L * G * M *

Saya dan kakak saya berusaha membahagiakan suami kami.
Kami sama sama belajar bagaimana menjadi yang terbaik di mata Rabb dan suami kami.
Semua wanita sempat teriak... Apa???? POLIGAMI???
Aduhhhhhh, ga bisaaa... ga kuatttt...aduhhh syariat itu aku akui tapi aku ga terima ya??
semua protes!!

Andai wanita... gali lebih dalam sedalam dalamnya.
cinta itu bisa selaras dengan pikiran..boleh perasaan, tapi jangan di kuasai perasaan.. nantinya akan emosional. Aduuuuh ga ada yang sanggup berbagi...(kata mereka)
Tapi kami pelaku Poligami, kami senang berbagi..
kami membayangkan hadiah hadiah indah dari Rabb kami.
membayangkan kami seperti bidadari yang akan di persembahkan pada suami kami
lebih dari satu... Rabb kami memberikan bidadari dengan sebutan di kelilingi bidadari bidadari
jadi mengapa harus sedih jika berbagi??Toh di syurga nanti suami kami akan berbagi bahkanbukan dengan kami saja istri istrinya di dunia, melainkan dengan selir bidadarinya.

untuknya ada bagian yang telah di perjuangan selama di dunia, untuk kami ada balasan pula yang kami rasakan tak ada bedanya...sebab rasa nanti Allah yang melapangkannya..

tak percaya??? belajarlah menerima dan mencintai suami karena Allah
baru kau kan tau rasanya...hanya jiwa yang melakukannya yang kan tau maknanya
*******
Syaratnya 1.. bersikaplah adil sesuai syariat Rabb kami,
jika mata mu tak bisa menahannya, jangan biarkan merekah jadi bencana
maka menikahlah... tapi gunakanlah syariatNya..

Rabu, 13 Maret 2013


Berikut ini sepuluh wasiat untuk wanita, untuk istri, untuk ibu rumah tangga dan ibunya anak-anak yang ingin menjadikan rumahnya sebagai pondok yang tenang dan tempat nan aman yang dipenuhi cinta dan kasih sayang, ketenangan dan kelembutan.
Wahai wanita mukminah!
Sepuluh wasiat ini aku persembahkan untukmu, yang dengannya engkau membuat ridha Tuhanmu, engau dapat membahagiakan suamimu dan engkau dapat menjaga tahtamu.
Wasiat Pertama:Bertakwa kepada Allah dan menjauhi maksiat
Bila engkau ingin kesengsaraan bersarang di rumahmu dan bertunas, maka bermaksiatlah kepada Allah!!
Sesungguhnya kemaksiatan menghancurkan negeri dan menggoncangkan kerajaan. Maka janganlah engkau goncangkan rumahmu dengan berbuat maksiat kepada Allah dan jangan engkau seperti Fulanah yang telah bermaksiat kepada Allah… Maka ia berkata dengan menyesal penuh tangis setelah dicerai oleh sang suami:
“Ketaatan menyatukan kami dan maksiat menceraikan kami…”
Wahai hamba Allah…
Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu dan menjaga untukmu suamimu dan rumahmu. Sesungguhnya ketaatan akan mengumpulkan hati dan mempersatukannya, sedangkan kemaksiatan akan mengoyak hati dan mencerai-beraikan keutuhannya.
Karena itulah, salah seorang wanita shalihah jika mendapatkan sikap keras dan berpaling dari suaminya, ia berkata
“Aku mohon ampun kepada Allah… itu terjadi karena perbuatan tanganku (kesalahanku)…”
Maka hati-hatilah wahai saudariku muslimah dari berbuat maksiat, khususnya:
- Meninggalkan shalat atau mengakhirkannya (tanpa alasan yang haq -abu zuhriy) atau menunaikannya dengan cara yang tidak benar (seperti tidak melaksanakan rukun dan syaratnya, atau melaksanakannya tidak sesuai petunjuk dan tuntunan Råsulullåh shållallåhu ‘alayhi wa sallam -abu zuhriy).
- Duduk di majlis ghibah dan namimah, berbuat riya’ dan sum’ah.
- Menjelekkan dan mengejek orang lain.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain(karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan janganlah wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan).”
(Al Hujuraat: 11)
- Keluar menuju pasar tanpa kepentingan yang sangat mendesak dan tanpa didampingi mahram.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَحَبُّ الْبِلادِ إِلَى اللهِ مَسَاجِدُهُمْ وَأَبْغَضَ الْبِلادِ إِلَى اللهِ أَسْوَاقُهُمْ
“Negeri yang paling dicintai Allah adalah masjid-masjidnya dan negeri yang paling dibenci Allah adalah pasar-pasarnya.”1
- Mendidik anak dengan pendidikan barat atau menyerahkan pendidikan anak kepada para pembantu dan pendidik-pendidik yang kafir.
- Meniru wanita-wanita kafir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.”2
- Menyaksikan film-film porno dan mendengarkan nyanyian.
- Membaca majalah-majalah lawakan/humor.
- Membiarkan sopir dan pembantu masuk ke dalam rumah tanpa kepentingan mendesak.
- Membiarkan suami dalam kemaksiatannya 3
- Bersahabat dengan wanita-wantia fajir dan fasik.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ
“Seseorang itu menurut agama temannya.”4
- Tabarruj (pamer kecantikan)
Wasiat kedua: Berupaya mengenal dan memahami suami
Hendaknya seorang istri berupaya memahami suaminya. Ia tahu apa yang disukai suami maka ia berusaha memenuhinya. Dan ia tahu apa yang dibenci suami maka ia berupaya untuk menjauhinya, dengan catatan selama tidak dalam perkara maksiat kepada Allah, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al Khaliq (Allah Ta`ala). Berikut ini dengarkanlah kisah seorang istri yang bijaksana yang berupaya memahami suaminya.
Berkata sang suami kepada temannya:
“Selama dua puluh tahun hidup bersama belum pernah aku melihat dari istriku perkara yang dapat membuatku marah.”
Maka berkata temannya dengan heran:
“Bagaimana hal itu bisa terjadi?!”
Berkata sang suami:
“Pada malam pertama aku masuk menemui istriku, aku mendekat padanya dan aku hendak menggapainya dengan tanganku, maka ia berkata:
‘Jangan tergesa-gesa wahai Abu Umayyah.’
Lalu ia berkata:
‘Segala puji bagi Allah dan shalawat atas Rasulullah… Aku adalah wanita asing, aku tidak tahu tentang akhlakmu, maka terangkanlah kepadaku apa yang engkau sukai niscaya aku akan melakukannya dan apa yang engkau tidak sukai niscaya aku akan meninggalkannya.’
Kemudian ia berkata:
‘Aku ucapkan perkataaan ini dan aku mohon ampun kepada Allah untuk diriku dan dirimu.’”
Berkata sang suami kepada temannya:
“Demi Allah, ia mengharuskan aku untuk berkhutbah pada kesempatan tersebut.
Maka aku katakan:
‘Segala puji bagi Allah dan aku mengucapkan shalawat dan salam atas Nabi dan keluarganya. Sungguh engkau telah mengucapkan suatu kalimat yang bila engkau tetap berpegang padanya, maka itu adalah kebahagiaan untukmu dan jika engkau tinggalkan (tidak melaksanakannya) jadilah itu sebagai bukti untuk menyalahkanmu.
Aku menyukai ini dan itu, dan aku benci ini dan itu. Apa yang engkau lihat dari kebaikan maka sebarkanlah dan apa yang engkau lihat dari kejelekkan tutupilah.’
Istri(ku) berkata:
‘Apakah engkau suka bila aku mengunjungi keluargaku?’
Aku menjawab:
‘Aku tidak suka kerabat istriku bosan terhadapku’ (yakni si suami tidak menginginkan istrinya sering berkunjung).
Ia berkata lagi:
‘Siapa di antara tetanggamu yang engkau suka untuk masuk ke rumahmu maka aku akan izinkan ia masuk? Dan siapa yang engkau tidak sukai maka akupun tidak menyukainya?’
Aku katakan:
‘Bani Fulan adalah kaum yang shaleh dan Bani Fulan adalah kaum yang jelek.’”
Berkata sang suami kepada temannya:
“Lalu aku melewati malam yang paling indah bersamanya. Dan aku hidup bersamanya selama setahun dalam keadaan tidak pernah aku melihat kecuali apa yang aku sukai. Suatu ketika di permulaan tahun, tatkala aku pulang dari tempat kerjaku, aku dapatkan ibu mertuaku ada di rumahku.
Lalu ibu mertuaku berkata kepadaku:
‘Bagaimana pendapatmu tentang istrimu?’”
Aku jawab:
“Ia sebaik-baik istri.”
Ibu mertuaku berkata:
Wahai Abu Umayyah.. Demi Allah, tidak ada yang dimiliki para suami di rumah-rumah mereka yang lebih jelek daripada istri penentang (lancang). Maka didiklah dan perbaikilah akhlaknya sesuai dengan kehendakmu.
Berkata sang suami:
“Maka ia tinggal bersamaku selama dua puluh tahun, belum pernah aku mengingkari perbuatannya sedikitpun kecuali sekali, itupun karena aku berbuat dhalim padanya.”5
Alangkah bahagia kehidupannya…!
Demi Allah, aku tidak tahu apakah kekagumanku tertuju pada istri tersebut dan kecerdasan yang dimilikinya?
Ataukah tertuju pada sang ibu dan pendidikan yang diberikan untuk putrinya?
Ataukah terhadap sang suami dan hikmah yang dimilikinya?
Itu adalah keutamaan Allah yang diberikannya kepada siapa yang Dia kehendaki.
Wasiat ketiga: Ketaatan yang nyata kepada suami dan bergaul dengan baik
Sesungguhnya hak suami atas istrinya itu besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَوْ كُنْتُ آمِرَا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya.” 6
Hak suami yang pertama adalah ditaati dalam perkara yang bukan maksiat kepada Allah dan baik dalam bergaul dengannya serta tidak mendurhakainya.
Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِثْنَانِ لا تُجَاوِزُ صَلاتُهُمَا رُؤُوْسُهُمَا: عَبْدٌ آبَق مِنْ مَوَالِيْهِ حَتَّى يَرْجِعَ وَامْرَأَةٌ عَصَتْ زَوْجَهَا حَتَّى تَرْجِعَ
Dua golongan yang shalatnya tidak akan melewati kepalanya, yaitu budak yang lari dari tuannya hingga ia kembali dan istri yang durhaka kepada suaminya hingga ia kembali.”7
Karena itulah Aisyah Ummul Mukminin berkata dalam memberi nasehat kepada para wanita:
“Wahai sekalian wanita, seandainya kalian mengetahui hak suami-suami kalian atas diri kalian niscaya akan ada seorang wanita di antara kalian yang mengusap debu dari kedua kaki suaminya dengan pipinya.”8
Engkau termasuk sebaik-baik wanita!!
Dengan ketaatanmu kepada suamimu dan baiknya pergaulanmu terhadapnya, engkau akan menjadi sebaik-baik wanita, dengan izin Allah. Pernah ada yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Wanita bagaimanakah yang terbaik?”
Beliau menjawab:
اَلَّتِى تَسِرُّهُ إِذَا نَظَرَ، وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ، وَلا تُخَالِفُهُ فِيْ نَفْسِهَا وَلا مَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
“Yang menyenangkan suami ketika dipandang, taat kepada suami jika diperintah dan ia tidak menyalahi pada dirinya dan hartanya dengan yang tidak disukai suaminya.” (Isnadnya hasan)
Ketahuilah, engkau termasuk penduduk surga dengan izin Allah, jika engkau bertakwa kepada Allah dan taat kepada suamimu, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
اَلْمَرْأَةُ إِذَا صَلَّتْ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَأَحْصَنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا، فَلْتَدْخُلُ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ
“Bila seorang wanita shalat lima waktu, puasa pada bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, ia akan masuk surga dari pintu mana saja yang ia inginkan.” 9
Wasiat keempat: Bersikap qana’ah (merasa cukup)
Kami menginginkan wanita muslimah ridha dengan apa yang diberikan (suami) untuknya baik itu sedikit ataupun banyak. Maka janganlah ia menuntut di luar kesanggupan suaminya atau meminta sesuatu yang tidak perlu.
Dalam riwayat disebutkan
“Wanita yang paling besar barakahnya.”
Wahai siapa gerangan wanita itu?!
Apakah dia yang menghambur-hamburkan harta menuruti selera syahwatnya dan mengenyangkan keinginannya?
Ataukah dia yang biasa mengenakan pakaian termahal walau suaminya harus berhutang kepada teman-temannya untuk membayar harganya?!
Sekali-kali tidak… demi Allah, namun (mereka adalah):
أَعْظَمُ النِّسَاءِ بَرَكَةٌ، أَيْسَرُّهُنَّ مُؤْنَةً
“Wanita yang paling besar barakahnya adalah yang paling ringan maharnya.” (Hadits Dhåif Riwayat Hakim)10
Renungkanlah wahai suadariku muslimah adabnya wanita salaf radliallahu ‘anhunna… Salah seorang dari mereka bila suaminya hendak keluar rumah ia mewasiatkan satu wasiat padanya. Apa wasiatnya? Ia berkata kepada sang suami:
“Hati-hatilah engkau wahai suamiku dari penghasilan yang haram, karena kami bisa bersabar dari rasa lapar namun kami tidak bisa sabar dari api neraka…”
Adapun sebagian wanita kita pada hari ini apa yang mereka wasiatkan kepada suaminya jika hendak keluar rumah?! Tak perlu pertanyaan ini dijawab karena aku yakin engkau lebih tahu jawabannya dari pada diriku.
Wasiat kelima: Baik dalam mengatur urusan rumah
Seperti mendidik anak-anak dan tidak menyerahkannya pada pembantu, menjaga kebersihan rumah dan menatanya dengan baik dan menyiapkan makan pada waktunya. Termasuk pengaturan yang baik adalah istri membelanjakan harta suaminya pada tempatnya (dengan baik), maka ia tidak berlebih-lebihan dalam perhiasan dan alat-alat kecantikan.
Renungkanlah semoga Allah menjagamu, kisah seorang wanita, istri seorang tukang kayu… Ia bercerita:
“Jika suamiku keluar mencari kayu (mengumpulkan kayu dari gunung) aku ikut merasakan kesulitan yang ia temui dalam mencari rezki, dan aku turut merasakan hausnya yang sangat di gunung hingga hampir-hampir tenggorokanku terbakar.
Maka aku persiapkan untuknya air yang dingin hingga ia dapat meminumnya jika ia datang. Aku menata dan merapikan barang-barangku (perabot rumah tangga) dan aku persiapkan hidangan makan untuknya. Kemudian aku berdiri menantinya dengan mengenakan pakaianku yang paling bagus.
Ketika ia masuk ke dalam rumah, aku menyambutnya sebagaimana pengantin menyambut kekasihnya yang dicintai, dalam keadaan aku pasrahkan diriku padanya… Jika ia ingin beristirahat maka aku membantunya dan jika ia menginginkan diriku aku pun berada di antara kedua tangannya seperti anak perempuan kecil yang dimainkan oleh ayahnya.”
Wasiat keenam: Baik dalam bergaul dengan keluarga suami dan kerabat-kerabatnya
Khususnya dengan ibu suami sebagai orang yang paling dekat dengannya. Wajib bagimu untuk menampakkan kecintaan kepadanya, bersikap lembut, menunjukkan rasa hormat, bersabar atas kekeliruannya dan engkau melaksanakan semua perintahnya selama tidak bermaksiat kepada Allah semampumu.
Berapa banyak rumah tangga yang masuk padanya pertikaian dan perselisihan disebabkan buruknya sikap istri terhadap ibu suaminya dan tidak adanya perhatian akan haknya!!?
Ingatlah wahai hamba Allah, sesungguhnya yang bergadang dan memelihara pria yang sekarang menjadi suamimu adalah ibu ini, maka jagalah dia atas kesungguhannya dan hargailah apa yang telah dilakukannya. Semoga Allah menjaga dan memeliharamu. Maka adakah balasan bagi kebaikan selain kebaikan?!
Wasiat ketujuh: Menyertai suami dalam perasaannya dan turut merasakan duka cita dan kesedihannya.
Jika engkau ingin hidup dalam hati suamimu maka sertailah dia dalam duka cita dan kesedihannya. Aku ingin mengingatkan engkau dengan seorang wanita yang terus hidup dalam hati suaminya sampaipun ia telah meninggal dunia. Tahun-tahun yang terus berganti tidak dapat mengikis kecintaan sang suami padanya dan panjangnya masa tidak dapat menghapus kenangan bersamanya di hati suami.
Bahkan ia terus mengenangnya dan bertutur tentang andilnya dalam ujian, kesulitan dan musibah yang dihadapi. Sang suami terus mencintainya dengan kecintaan yang mendatangkan rasa cemburu dari istri yang lain, yang dinikahi sepeninggalnya.
Suatu hari istri yang lain itu (yakni Aisyah radliallahu ‘anha) berkata:
مَا غِرْتُ عَلَى امْرَأَةٍ لِلنَّبِيِّ؟ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيْجَةَ هَلَكَتْ قَبْلَ أَنْ يَتَزَوَّجَنِي، لَمَّا كُنْتُ أَسْمَعُهُ يَذْكُرُهَا
“Aku tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal ia meninggal sebelum beliau menikahiku, mana kala aku mendengar beliau selalu menyebutnya.”11
Dalam riwayat lain:
مَا غِرْتُ عَلَى أَحَدٍ مِنْ نِسَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا غِرْتُ عَلَى خَدِيْجَةَ وَمَا رَأَيْتُهَا وَلَكِنْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ ذِكْرَهَا
“Aku tidak pernah cemburu kepada seorangpun dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam banyak menyebutnya.” 12
Suatu kali Aisyah berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau menyebut Khadijah:
كَأَنَّهُ لَمْ يَكُنْ فِي الدُّنْيَا امْرَأَةٌ إِلا خَدِيْجَةُ فَيَقُولُ لَهَا إِنَّهَا كَانَتْ وَكَانَتْ
“Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah?!” Maka beliau berkata kepada Aisyah: ‘Khadijah itu begini dan begini.’”13
Dalam riwayat Ahmad pada Musnadnya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “begini dan begini” (dalam hadits diatas) adalah sabda beliau:
آمَنَتْبِي حِيْنَ كَفَرَ النَّاسُ وَصَدَّقَتْنِي إِذْكَذَّبَنِي النَّاسُ رَوَاسَتْنِي بِمَالِهَا إِذْحَرَمَنِي النَّاسُ وَرَزَقَنِي اللهُ مِنْهَا الوَلَد
“Ia beriman kepadaku ketika semua orang kufur, ia membenarkan aku ketika semua orang mendustakanku, ia melapangkan aku dengan hartanya ketika semua orang meng-haramkan (menghalangi) aku dan Allah memberiku rezki berupa anak darinya.”14
Dialah Khadijah yang seorangpun tak akan lupa bagaimana ia mengokohkan hati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan memberi dorongan kepada beliau. Dan ia menyerahkan semua yang dimilikinya di bawah pengaturan beliau dalam rangka menyampaikan agama Allah kepada seluruh alam
Seorangpun tidak akan lupa perkataannya yang masyhur yang menjadikan Nabi merasakan tenang setelah terguncang dan merasa bahagia setelah bersedih hati ketika turun wahyu pada kali yang pertama:
وَاللهُ لا يُخْزِيْكَ اللهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُوْمَ وَتُعِيْنُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
“Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau menyambung silaturahmi, menanggung orang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.”15
Jadilah engkau wahai saudari muslimah seperi Khadijah, semoga Allah meridhainya dan meridlai kita semua.
Wasiat kedelapan: Bersyukur (berterima kasih) kepada suami atas kebaikannya dan tidak melupakan keutamaanya.
Siapa yang tidak tahu berterimakasih kepada manusia, ia tidak akan dapat bersyukur kepada Allah. Maka janganlah meniru wanita yang jika suaminya berbuat kebaikan padanya sepanjang masa (tahun), kemudian ia melihat sedikit kesalahan dari suaminya, ia berkata:
“Aku sama sekali tidak melihat kebaikan darimu…”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda:
يَا مَعْشَرَ النِّسَاءِ تَصَدَّقْنَ فَإِنِّي رَأَيْتُكُنَّ أَكْثَرَ اَهْلِ النَّارِ فَقُلْنَ يَا رَسُولَ اللهِ وَلَمْ ذَلِكَ قَالَ تُكْثِرْنَ اللَّعْنَ وَتَكْفُرْنَ الْعَشِيْرَ
“Wahai sekalian wanita bersedekahlah karena aku melihat mayoritas penduduk nereka adalah kalian.” Maka mereka (para wanita) berkata: “Ya Rasulullah kepada demikian?” Beliau menjawab: “Karena kalian banyak melaknat dan mengkufuri kebaikan suami.”16
Mengkufuri kebikan suami adalah menentang keutamaan suami dan tidak menunaikan haknya.
Wahai istri yang mulia! Rasa terima kasih pada suami dapat engkau tunjukkan dengan senyuman manis di wajahmu yang menimbulkan kesan di hatinya, hingga terasa ringan baginya kesulitan yang dijumpai dalam pekerjaannya. Atau engkau ungkapkan dengan kata-kata cinta yang memikat yang dapat menyegarkan kembali cintamu dalam hatinya. Atau memaafkan kesalahan dan kekurangannya dalam menunaikan hakmu. Namun di mana bandingan kesalahan itu dengan lautan keutamaan dan kebaikannya padamu.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لا يَنْظُرُ اللهَ إِلَى امْرَأَةٍ لا تَشْكُرُ زَوْجَهَا وَهِيَ لا تَسْتَغْنِيَ عَنْهُ
“Allah tidak akan melihat kepada istri yang tidak tahu bersyukur kepada suaminya dan ia tidak merasa cukup darinya.”17>
Wasiat kesembilan: Menyimpan rahasia suami dan menutupi kekurangannya (aibnya).
Istri adalah tempat rahasia suami dan orang yang paling dekat dengannya serta paling tahu kekhususannya (yang paling pribadi dari diri suami). Bila menyebarkan rahasia merupakan sifat yang tercela untuk dilakukan oleh siapa pun maka dari sisi istri lebih besar dan lebih jelek lagi.
Sesungguhnya majelis sebagian wanita tidak luput dari membuka dan menyebarkan aib-aib suami atau sebagian rahasianya. Ini merupakan bahaya besar dan dosa yang besar. Karena itulah ketika salah seorang istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebarkan satu rahasia beliau, datang hukuman keras, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersumpah untuk tidak mendekati isti tersebut selama satu bulan penuh.
Allah Azza wa Jalla menurunkan ayat-Nya berkenaan dengan peristiwa tersebut. Allåh berfirman:
وَإِذْ أَسَرَّ النَّبِيُّ إِلَى بَعْضِ أَزْوَاجِهِ حَدِيثًا فَلَمَّا نَبَّأَتْ بِهِ وَأَظْهَرَهُ اللهُ عَلَيْهِ عَرَّفَ بَعْضَهُ وَأَعْرَضَ عَنْ بَعْضٍ
“Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahasia kepada salah seorang dari isteri-isterinya suatu peristiwa. Maka tatkala si istri menceritakan peristiwa itu (kepada yang lain), dan Allah memberitahukan hal itu kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahukan sebagian (yang diberitakan Allah kepada beliau) dan menyembunyikan sebagian yang lain.”(At Tahriim: 3)
Suatu ketika Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam mengunjungi putranya Ismail, namun beliau tidak mejumpainya. Maka beliau tanyakan kepada istri putranya, wanita itu menjawab:
“Dia keluar mencari nafkah untuk kami.”
Kemudian Ibrahim bertanya lagi tentang kehidupan dan keadaan mereka. Wanita itu menjawab dengan mengeluh kepada Ibrahim:
“Kami adalah manusia, kami dalam kesempitan dan kesulitan.”
Ibrahim ‘Alaihis Salam berkata:
“Jika datang suamimu, sampaikanlah salamku padanya dan katakanlah kepadanya agar ia mengganti ambang pintunya.”
Maka ketika Ismail datang, istrinya menceitakan apa yang terjadi. Mendengar hal itu, Ismail berkata:
“Itu ayahku, dan ia memerintahkan aku untuk menceraikanmu. Kembalilah kepada keluargamu.”
Maka Ismail menceraikan istrinya.
(Riwayat Bukhari)
Ibrahim ‘Alaihis Salam memandang bahwa wanita yang membuka rahasia suaminya dan mengeluhkan suaminya dengan kesialan, tidak pantas untuk menjadi istri Nabi maka beliau memerintahkan putranya untuk menceraikan istrinya.
Oleh karena itu, wahai saudariku muslimah, simpanlah rahasia-rahasia suamimu, tutuplah aibnya dan jangan engkau tampakkan kecuali karena maslahat yang syar’i seperti mengadukan perbuatan dhalim kepada Hakim atau Mufti (ahli fatwa) atau orang yang engkau harapkan nasehatnya.
Sebagimana yang dilakukan Hindun radliallahu ‘anha di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hindun berkata:
“Abu Sufyan adalah pria yang kikir, ia tidak memberiku apa yang mencukupiku dan anak-anakku. Apakah boleh aku mengambil dari hartanya tanpa izinnya?!”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Ambillah yang mencukupimu dan anakmu dengan cara yang ma`ruf.”
Cukup bagimu wahai saudariku muslimah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
إِنَّ مِنْ شَرِ النَّاسِ عِنْدَ اللهِ مَنْزِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ الرَّجُلَ يُفْضِي إِلَى امْرَأَتِهِ وَتُفْضِي إِلَيْهِ ثُمَّ يَنْشُرُ أَحَدُهُمَا سِرُّ صَاحِبَهُ
“Sesungguhnya termasuk sejelek-jelek kedudukan manusia pada hari kiamat di sisi Allah adalah pria yang bersetubuh dengan istrinya dan istri yang bersetubuh dengan suaminya, kemudian salah seorang dari keduanya menyebarkan rahasia pasangannya.”18
Wasiat terakhir: Kecerdasan dan kecerdikan serta berhati-hati dari kesalahan-kesalahan.
Termasuk kesalahan adalah: Seorang istri menceritakan dan menggambarkan kecantikan sebagian wanita yang dikenalnya kepada suaminya, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang yang demikian itu dengan sabdanya:
لا تُبَاشِرُ مَرْأَةُ الْمَرْأَةَ فَتَنْعَتَهَا لِزَوْجِهَا كَأَنَّهُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا
“Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lain lalu ia mensifatkan wanita itu kepada suaminya sehingga seakan-akan suaminya melihatnya.”19
Tahukah engkau mengapa hal itu dilarang?!
Termasuk kesalahan adalah apa yang dilakukan sebagian besar istri ketika suaminya baru kembali dari bekerja. Belum lagi si suami duduk dengan enak, ia sudah mengingatkannya tentang kebutuhan rumah, tagihan, tunggakan-tunggakan dan uang jajan anak-anak. Dan biasanya suami tidak menolak pembicaraan seperti ini, akan tetapi seharusnyalah seorang istri memilih waktu yang tepat untuk menyampaikannya.
Termasuk kesalahan adalah memakai pakaian yang paling bagus dan berhias dengan hiasan yang paling bagus ketika keluar rumah. Adapun di hadapan suami, tidak ada kecantikan dan tidak ada perhiasan.
Dan masih banyak lagi kesalahan lain yang menjadi batu sandungan (penghalang) bagi suami untuk menikmati kesenangan dengan istrinya. Istri yang cerdas adalah yang menjauhi semua kesalahan itu.
Oleh: Mazin bin Abdul Karim Al Farih, dengan judul asli: Sepuluh Wasiat Untuk Istri Yang Mendambakan “Keluarga Bahagia Tanpa Problema” , dinukil dari: as-Sunnah Qatar
Catatan Kaki
  1. Riwayat Muslim dalam Al-Masajid: (bab Fadlul Julus fil Mushallahu ba’dash Shubhi wa Fadlul Masajid) 
  2. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud, dishahihkan oleh Al Albany, lihat “Irwaul Ghalil“, no. 1269 dan “Shahihul Jami’” no. 6149 
  3. Lihat kitab “Kaif Taksabina Zaujak?!” oleh Syaikh Ibrahim bin Shaleh Al Mahmud, hal. 13 
  4. Riwayat Ahmad dan Tirmidzi, ia berkata: Hadits hasan gharib. Berkata Al Albany: “Hadits ini sebagaimana dikatakan oleh Tirmidzi.” Lihat takhrij “Misykatul Masabih” no. 5019 
  5. Al Masyakil Az Zaujiyyah wa Hululuha fi Dlaw`il Kitab wa Sunnah wal Ma’ariful Haditsiyah oleh Muhammad Utsman Al Khasyat, hal. 28-29
  6. Riwayat Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan Al Albany, lihat “Shahihul Jami`us Shaghir” no. 5294 
  7. Riwayat Thabrani dan Hakim dalam “Mustadrak“nya, dishahihkan Al Albany rahimahullåh sebagaimana dalam “Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah” no. 288 
  8. Lihat kitab “Al Kabair” oleh Imam Dzahabi hal. 173, cetakan Darun Nadwah Al Jadidah 
  9. Riwayat Ibnu Nuaim dalam “Al Hilyah“. Berkata Syaikh Al Albany: “Hadits ini memiliki penguat yang menaikkannya ke derajat hasan atau shahih.” Lihat “Misykatul Mashabih” no. 3254 
  10. Hadits lemah, diriwayatkan Hakim dan dishahihkannya dan disepakati Dzahabi. Namun Al Albany mengisyaratkan kelemahan hadits ini. Illatnya pada Ibnu Sukhairah dan pembicaraaan tentangnya disebutkan secara panjang lebar pada tempatnya, lihatlah dalam “Silsilah Al Ahadits Ad Dlaifah” no. 1117 
  11. Semuanya dari riwayat Bukhari dalam shahihnya kitab “Manaqibul Anshar“, bab Tazwijun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam Khadijah wa Fadluha radliallahu ‘anha. 
  12. Idem 
  13. Idem 
  14. Diriwayatkan Ahmad dalam Musnadnya 6/118 no. 24908. Aku katakan: Al Hafidh Ibnu Hajar membawakan riwayat ini dalam “Fathul Bari“, ia berkata: “Dalam riwayat Ahmad dari hadits Masruq dari Aisyah.” Dan ia menyebutkannya, kemudian mendiamkannya. Di tempat lain (juz 7/138), ia berkata: “Diriwayatkan Ahmad dan Thabrani.” Kemudian membawakan hadits tersebut. Berkata Syaikh kami Abdullah Al Hakami hafidhahullah: “Mungkin sebab diamnya Al Hafidh rahimahullah karena dalam sanadnya ada rawi yang bernama Mujalid bin Said Al Hamdani. Dalam “At Taqrib” hal. 520, Al Hafidh berkata: “Ia tidak kuat dan berubah hapalannya pada akhir umurnya.” Al Haitsami bersikap tasahul (bermudah-mudah) dalam menghasankan hadits ini, beliau berkata dalam Al Majma’ (9/224): “Diriwayatkan Ahmad dan isnadnya hasan.” 
  15. Muttafaq alaihi, diriwayatkan Bukhari dalam “Kitab Bad’il Wahyi” dan Muslim dalam “Kitabul Iman” 
  16. Diriwayatkan Bukhari dalam “Kitab Al Haidl“, (bab Tarkul Haidl Ash Shaum) dan diriwayatkan Muslim dalam “Kitabul Iman” (bab Nuqshanul Iman binuqshanith Thaat) 
  17. Diriwayatkan Nasa’i dalam “Isyratun Nisa’” dengan isnad yang shahih
  18. Diriwayatkan Muslim dalam “An Nikah” (bab Tahrim Ifsya’i Sirril Mar’ah). 
  19. Diriwayatkan Bukhari dalam “An Nikah” (bab Laa Tubasyir Al Mar’atul Mar’ah). Berkata sebagian ulama: “Hikmah dari larangan itu adalah kekhawatiran kagumnya orang yang diceritakan terhadap wanita yang sedang digambarkan, maka hatinya tergantung dengannya (menerawang membayangkannya) sehingga ia jatuh kedalam fitnah. Terkadang yang menceritakan itu adalah istrinya -sebagaimana dalam hadits dia atas- maka bisa jadi hal itu mengantarkan pada perceraiannya. Menceritakan kebagusan wanita lain kepada suami mengandung kerusakan-kerusakan yang tidak terpuji akibatnya.